Dipetik dari http://azharjaafar.blogspot.com/
Kisah Kehidupan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم dan Para Sahabat رضي الله عنهم
Dan orang-orang yang terdahulu; yang mula-mula dari orang-orang “Muhajirin” dan “Ansar” (berhijrah dan memberi bantuan), dan orang-orang yang menurut (jejak langkah) mereka dengan kebaikan (iman dan taat), Allah reda kepada mereka dan mereka pula reda kepada Nya, serta Dia menyediakan untuk mereka syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; itulah kemenangan yang besar. (Surah At-Taubah, Ayat 100)
Sifat-Sifat Nabi Muhammad SAW
Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin Sufyan Al-Faswi dari
Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku (dari sebelah ibu)
Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat pandai mensifatkan
perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk disifatkan kepadaku
sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya, maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang agung yang senantiasa
diagungkan, wajahnya berseri-seri layak bulan di malam purnamanya, tingginya
cukup tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang,
rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke
tepi telinganya, lebat, warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus
terpisah di antara keduanya, yang bila baginda marah kelihatannya seperti
bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya, janggutnya
lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus, mulutnya
tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh bulu-bulu yang
halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar lagi tegap,
rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua bahunya,
tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya dipenuhi
oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih dari bulu,
sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu pula,
lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak kedua
tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga telapak
kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak kakinya
lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang memancar
daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak seperti
jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan perlahan-lahan,
langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas jurang, bila
menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan baginda
lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit, jarang
baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan
dengan sahabat-sahabatnya, selalu memulakan salam kepada siapa yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku mengenai
kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya seperti
orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah
beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya,
memulakan bicara dan menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya
penuh mutiara mauti manikam, satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau
berkurang-kurangan, lemah lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri,
senantiasa membesarkan nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa
pun atau terlalu memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila
sesuatu dari kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa baginda menjadi marah
kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian dengannya, tetapi
apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada seorang yang dapat
melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya. Baginda tidak
pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk kepentingan dirinya,
bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak tangannya, dan bila baginda
merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan bila berbicara dikumpulkan tangannya
dengan menumpukan telapak tangannya yang kanan pada ibu jari tangan kirinya,
dan bila baginda marah baginda terus berpaling dari arah yang menyebabkan ia
marah, dan bila baginda gembira dipejamkan matanya, kebanyakan ketawanya ialah
dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa, baginda ketawa seperti embun yang
dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua sifat-sifat ini aku simpan
dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara mengenainya kepada Al-Husain bin
Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih dahulu menanyakan pamanku tentang apa
yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib
ra.) tentang cara keluar baginda dan masuk baginda, tentang cara duduknya,
malah tentang segala sesuatu mengenai Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga pernah menanyakan ayahku
tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab: Masuknya ke dalam rumahnya
bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila baginda berada di dalam
rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala,
satu bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri.
Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya
dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam
maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani ummat, baginda selalu
memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama untuk dididiknya,
dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam agama. Ada yang
keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu, maka baginda akan
duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang berkaitan dengan diri
mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba menunjuki mereka apa
yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan untuk kepentingan
semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa yang hadir
menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan kepadaku
keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab sesiapa yang
menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan keperluannya sendiri
kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan kedua tumitnya di
hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal yang seumpama itu
saja.
Baginda tidak menerima dari bicara yang lain kecuali sesuatu
untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya sebagai orang-orang yang
berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat melainkan dengan berisi.
Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan sesudah mengumpul banyak
faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai orang yang ahli dalam
hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian saya bertanya tentang
keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW
ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada
kepentingan untuk ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah kepada mereka, dan
tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa memuliakan ketua setiap suku
dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya yang layak. Kadang-kadang
baginda mengingatkan orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka
agar tidak dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang
mulia. Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang,
dan selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana
yang baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan dalam segala
perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka juga tidak
suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga, tidak pernah
meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang senantiasa
mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang dipandang utama
di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang paling tinggi
kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu dalam apa
keadaan sekalipun.
Majlis Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu bertanya pula tentang
majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa Rasulullah SAW tidak
duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda
berzikir kepada Allah SWT baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu,
dan melarang orang meminta ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila
baginda sampai kepada sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai
majelis itu dan baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila berhadapan dengan
orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan sama rata,
sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada seorang pun
yang diberikan penghormatan lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya
kerana sesuatu keperluan, atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya
dengan penuh kesabaran hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta
daripadanya sesuatu keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada
dijawabnya dengan kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budipekertinya
sangat baik, dan perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang
seperti ayah, dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal
kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya ramah-tamah, segan-silu,
sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara yang tinggi, tidak dibuat
padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang jijik dan buruk, semua orang
sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya merendah diri, yang tua dihormati
yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua, yang perlu selalu diutamakan, yang
asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun lalu menanyakan tentang
kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu duduk-duduk bersama-sama
dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang orangnya, pekertinya
mudah dilayan, seialu berlemah-lembut, tidak keras atau bengis, tidak kasar
atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak banyak bergurau
atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada disukainya, tidak pernah
mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka menjadikan orang
berputus asa. Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda
tidak suka mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari
keaiban orang dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan
faedah dan menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang yang berada dalam
majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung sedang tertengger
di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara, mereka baru mula
berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam seribu basa.
Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila dilihatnya
mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub. Baginda
selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat kasar dan
suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah atau
menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang senang,
tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu dapati
seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan
menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian daripada siapa
yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda tidak
menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara sesiapa
pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara, atau
baginda menjauh dari tempat itu.
Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun menanyakan pula tentang
diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung
kepada mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab sopan santun, kerana
berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara manusia, dan kerana
bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya ialah kerana persamaannya dalam
pandangan dan pendengaran di antara manusia. Adapun tentang tafakkurnya ialah
pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan terkumpul pula dalam peribadinya
sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak ada sesuatu yang boleh menyebabkan
dia menjadi marah, ataupun menjadikannya membenci. Dan terkumpul dalam
peribadinya sifat berhati-hati dalam empat perkara, iaitu: Suka membuat yang
baik-baik dan melaksanakannya untuk kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka
yang berkaitan dengan dunia mahupun akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang
lain. Baginda meninggalkan yang buruk, agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang
lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan yang baik untuk maslahat ummatnya, dan
melakukan apa yang dapat mendatangkan manfaat buat ummatnya, baik buat dunia
ataupun buat akhirat.
(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)
No comments:
Post a Comment